Kebun sawit dengan sistem tumpang sari.

Sukses Petani Sawit Swadaya Lakukan Tumpang Sari, Raup Rp 8 Juta Per Petani

FORTASBI – Pekebun sawit swadaya Indonesia terus melakukan terobosan, agar kesejahteraan dan nilai tambah petani terus meningkat. Salah satunya adalah melakukan metode tumpang sari terutama saat meremajakan perkebunan kelapa sawit.

Salah satu langka tumpang sari sukses dilakukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Karya Mandala Makmur, yang berlokasi di Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Pekebun sawit, melakukan tumpang sari di lahan seluas 49 hektare dengan menanam jagung, cabai rawit, terong, pare dan semangka. Paling tidak, petani yang tergabung dalam kelompok ini bisa menambah pendapatan Rp 8 juta.

Group Manager BUMDES KMM, Sartono mengatakan, pemilihan jenis tanaman dilakukan karena adanya kebutuhan masyarakat dan pangsa pasar yang luas.

Sejak ditanam pada November 2023 lalu, BUMDES sudah berhasil melalui satu kali panen, diantaranya jagung sebanyak 4,2 ton per hentar, cabai rawit 0,75 ton per hektar, pare 25 ton per hentar, dan semangka 11 ton/ha.

“Hasil panen tanaman sela ini dijual oleh masing-masing petani ke Pasar Karang Mulya, Pangkalan Bun dan pendapatannya dimanfaatkan sendiri oleh mereka yang melakukan tumpang sari,” ujarnya.

Ia menegaskan, komitmen BUMDES KMM dalam memanfaatkan lahan melalui tumpang sari, sudah dimulai jauh sejak 1999 silam, ketika pertama kali mulai menanam kelapa sawit.

“Tumpang sari menjadi strategi penting bagi BUMDES KMM dalam mengoptimalkan lahan di perkebunan kelapa sawit terutama dalam mengatasi area lahan yang belum produktif atau tanaman belum menghasilkan (TBM),” katanya.

Ia menegaskan, langkah tumpang sari juga ebagai upaya untuk memastikan petani tetap memiliki pendapatan bahkan selama periode tanaman utama kelapa sawit, belum dapat dipanen.

Sartono mengakui, menerapkan tumpang sari di kebun sawit ada tantangan. Terutama, tingginya harga pupuk karena tidak semua komoditas bisa mendapatkan pupuk bersubsidi. Namun hal tersebut bukan menjadi penghalang.

Sartono menegaskan, engajak petani lain yang sedang replanting untuk mengikuti jejak lembaganya demi menggenjot pemanfaatan lahan dan tambahan penghasilan.

Tumpang sari, kata ia, menjadi upaya BUMDES KMM dalam mempraktikkan pertanian berkelanjutan melalui pemanfaatan lahan yang strategis.

“Tak hanya baik untuk kondisi lahan, langkah ini juga menguntungkan bagi ekonomi petani sebagai pendapatan alternatif, di saat mereka masih belum bisa mendapatkan hasil dari panen kelapa sawit yang merupakan sumber pemasukan utama,” katanya.

Konsep Pertanian Regeneratif meningkatkan keanekaragaman tanaman di ladang dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah sehingga hasil pertanian lebih produktif. Sebab, tumbuhan yang beraneka ragam akan melepaskan karbohidrat yang berbeda-beda pula. Zat yang dimakan mikroba bisa mengembalikan bermacam-macam nutrisi ke tanaman dan tanah.

Tumpang sari merupakan praktik membudidayakan tanaman campuran di satu areal lahan yang sama dalam waktu bersamaan. Sehingga, kata Sartono, ada banyak manfaat yang didapat petani baik secara langsung maupun tidak langsung.

| Rekomendasi Untuk Anda