FORTASBI – Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menggenjot target produksi jagung di lahan seluas 1,2 juta hektare. Peningkatan produksi jagung ini, Kementan melakukan dengan cara tumpang sari di lahan peremajaan sawit.

Jauh sebelum program ini, Anggota Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI), KUD Tani Subur yang berada Pangkalan Lada, Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, telah berhasil panen Jagung sebanyak 42 ton di awal tumpeng sari pada Maret 2022.

Kelompok Tani ini telah mengembangkan tanaman sela dalam program peremajaan sawit. Di mana, pada awalnya, program ini hanya di lahan seluas 9 hektar dengan rata-rata produksi jagung kering 5 ton per hektar. Dan kini, terus meningkat baik secara luasan lahan maupun produksi.

Pilihan jagung dibandingkan tanaman lain menjadi tanaman sela di lahan peremajaan sawit rakyat (PSR), menurut Ketua KUD Tani Sutiyana karena lebih gampang dalam pemelihataraan dan tidak mengganggu sawit.

Selain itu, jagung memiliki prospek bisnis yang tinggi, terutama untuk pasokan pakan di dalam negeri. Bahkan, KUD Tani Subur sudah memiliki pasar tersendiri. Di mana, setiap kali panen jagung habis diserap pasar.  

Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Pelalawan Siak (APSKSPS) yang berkantor di Desa Sekijang, Kecamatan Bandar Sei Kijang, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Indonesia, mengaku  sudah melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan untuk melakukan PSR.

GM APSKSPS Joko Prasetyo mengungkapkan, dirinya sudah mengajukan untuk melakukan PSR. Di mana, ada syarat saat melakukan PSR untuk menanam padi. Namun, bagi petani, yang sangat memungkinkan adalah menanam jagung di sela PSR.

“Kalau menanam jagung, kami siap dan mendukung,” katanya.

FORTASBI terus mendorong upaya kelompok tani dalam meningkatkan kesejahteraan petani sawit swadaya berkelanjutan, termasuk dalam agroforestry, regenerative agriculture serta dan langkah-langkah lain dalam hilirisasi kelapa sawit di Indonesia.